This past few weeks, saya selalu pulang kantor mengernyitkan dahi. ngelamun sendiri di motor.. untung gak jatoh. saya mikirin musibah merapi, mentawai dan wasior yang pemberitaan dan pembagian sumbangannya tidak rata.. memikirkan teman kecil saya.. memikirkan satu orang tua murid yang ditinggal suaminya.
Minggu pertama dipenuhi dengan kehebohan kasus teman kecil tersayang saya yang di duga korup, dan hutang sana sini untuk menutupi korup nya yang terlanjur ketahuan. Satu ngomong ini, satu lagi ngomong itu. Dia teman saya dan saya berfikir.. saya harus apa... no action at all.
Minggu kedua saya berfikir keras waktu ada ibu dari 1 orang anak laki-laki yang ditinggalkan suaminya secara mendadak. Betul-betul mendadak. Jantung suaminya berhenti tiba-tiba. tanpa serangan jantung, tanpa sakit jantung dan lain-lain sebelumnya, tanpa firasat dari keluarga dekat. Pertama saya ketemu saya mengucapkan bela sungkawa, lanjut dengan kata "saya doakan yang terbaik untuk ibu dan keluarga", nada suaranya langsung tinggi, "Baik untuk siapa miss? yang jelas kejadian ini gak baik buat saya dan anak saya !". "Saya belum puas hidup ms, bapaknya itu masih sangat muda. 39 tahun !!. gak ada firasat apa apa eh diambil. hidup saya di rubah se enak membalik telapak tangan !!" saya diam..... "kasus ini bikin saya harus sendirian, gak tau deh ms saya kuat apa enggak..." saya tambah diam... "bu, saya gak bisa ngerasain apa yang ibu rasain. kalo saya bilang saya bisa... saya pasti bohong..., sabar ya bu... cuma itu yang bisa saya bilang...."
How anger can defeat everything. How feeling of lost, abandoned, can make a great mother into someone yang sepertinya.. orang lain akan komentar kurang bersyukur. Saya tidak pernah men-judge ibu itu, mudah-mudahan saya tidak dosa kalau saya bilang ibu itu tidak salah. Wajar dia marah, ditinggal orang yang paling dicinta, dengan cara yang seperti itu...... dia tidak bilang ini musibah, dia bilang ini kasus... seperti kasus pencurian suami oleh Tuhan.... dia adalah ibu rumah tangga yang sangat baik dan sopan, tapi begitu dia meledak, gak ada yang bisa menghentikan dia..
3 Hari terakhir, saya kembali dengan kasus teman kecil saya itu... rekan sekerja nya yang akrab sekali dengan dia ternyata keliling ngumpulin data, dan (maaf) mengumbar aib dia ke semua orang... saya juga sempat di ajak bicara. Dia cerita betapa dia begitu tidak suka dengan teman kecil saya itu, tidak suka juga dengan supervisor nya yang menurut dia tidak bisa supervise dengan baik.. dan mengganggap, teman saya itu merugikan orang lain karena nutup hutang dengan hutang. gak akan selesai. Saya berfikir lagi....
Who is she, dare to judge other people?????.. bukan urusan lo !!! dan saya sms teman kecil saya itu. Kasih tau kalau rekan sekerja nya itu jahat... dan dia menangis. Cukup lah bebannya menanggung kasus itu sedemikian rupa sampai dia dijauhi dan menjauhi semua orang di kantor. Cukup lah semuda itu dia harus muter otak cari pinjeman sana sini buat nutupin kesalahannya.. Dia masih muda, ayah ibu nya pun harus menanggung sakit karena shock atas tingkah laku anaknya. Apa kurang cukup derita yang dia pikul? Maaf kalau ada yang tersinggung dengan opini saya. Tapi saya akan terus berkata, dia teman saya.... teman kecil saya tersayang, dan akan terus menjadi teman saya !!
Apa manusia haram berbuat salah? salah itu manusia bukan? dia haram kalau dia tidak belajar dari kesalahannya. dan bukan kita yang wajib make sure dia belajar apa enggak kan? cuma dia dan Tuhan nya yang tau !! Apa salahnya punya positive thingking?
Apa manusia juga tidak boleh memaafkan? tanpa menghujat dan menyindir yang lain di status jejaring sosial yang dibaca banyak orang? tanpa menusuk punggung belakang secara sadar? tanpa mengebiri orang lain?
Diskusi hari ini dengan seorang teman baik yang juga di judge orang lain sebagai seseorang yang gak bener, gak grown up, full of kasus.. Membuat saya lega. Bahwa saya masih punya orang lain di ujung sana yang akan membela saya setengah mati. Seperti dia yang menitip pesan "temani teman kecil kita yang sedang kesusahan itu ya, cukup temani, jangan tanya apa pun...."
"Teman harus ada di kala susah dan senang...." dia kembali berkata
Panjang nian tulisan saya hari ini... tangan saya gemetar.. menangis sedih memikirkan teman kecil saya itu.... dan menangis bahagia atas dikirimnya teman diskusi saya hari ini...oleh Tuhan....
